Literatur Review 20 Jurnal tentang Artificial Intelligence

Nama    : Rizky Sahalatua Nainggolan Batuara

NPM     : 202246500234

Kelas    : R4D

Pendahuluan

Dalam era digital yang terus berkembang, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi topik yang tak terelakkan dalam diskursus akademis dan praktis. Jurnal jurnal ini menawarkan wawasan yang mendalam tentang bagaimana AI tidak hanya mengubah pandangan terhadap teknologi, tetapi juga mempengaruhi dinamika sosial, ekonomi, dan budaya. Melalui analisis yang kritis dan terperinci, penulis jurnal berhasil menguraikan potensi dan tantangan yang dihadirkan oleh AI, serta implikasinya terhadap masa depan industri kreatif. Kecerdasan buatan (AI) telah merevolusi berbagai aspek kehidupan manusia, dari cara kita berkomunikasi hingga metode kita dalam menyelesaikan masalah. Jurnal ini menyajikan analisis komprehensif tentang pengaruh AI terhadap perkembangan industri kreatif, dengan fokus pada interaksi antara teknologi canggih dan proses kreatif manusia.

Dengan adanya literatur review ini diharapkan kita semua dapat memahami perkembangan, dinamika, implikasi, potensi, dan masih banyak lagi yang dihasilkan dari penggunaan AI ini kedepannya.

Jurnal 1

"Implementasi Penggunaan AI Dalam Proses Pembelajaran Mahasiswa Teknologi Pendidikan Angkatan 2023" Karya Muhamad Waqqor Bukhori, Muhammad Giyaatsusshidqi, Nabila Agustina, Yumna Sabilal Huda.

Jurnal ini membahas tentang bagaimana teknologi AI diterapkan dalam pembelajaran mahasiswa Teknologi Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia yang mana perkembangan teknologi dan informasi bermunculan di era Revolusi 4.0, di mana AI menjadi inovasi penting dalam pendidikan. AI membantu mengoptimalkan proses pembelajaran, meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan akses terhadap sumber belajar.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran detail tentang penggunaan AI oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa AI digunakan secara luas oleh mahasiswa untuk berbagai tugas akademik seperti mencari referensi, merangkum, dan mengoreksi tulisan. 84% responden merasa terbantu oleh AI, namun ada juga dampak negatif seperti ketergantungan dan menurunnya kreativitas.

Kesimpulan yang didapat adalah AI memberikan banyak manfaat dalam proses pembelajaran, seperti mempermudah pencarian referensi, meringkas materi, menyusun paragraf, dan mengoreksi tulisan. Selain itu, AI juga memberikan umpan balik terperinci, membantu personalisasi pembelajaran, dan meningkatkan efisiensi belajar. Namun, penggunaan AI juga membawa dampak negatif, termasuk potensi ketergantungan berlebihan pada teknologi, penurunan kreativitas, sikap malas, serta masalah privasi dan keamanan data. Untuk meminimalisir dampak negatif ini, mahasiswa perlu menggunakan AI secara bijak dan proporsional, sambil tetap mengasah kemampuan berpikir kritis dan mempertahankan integritas dalam proses belajar. Secara keseluruhan, meskipun AI memberikan banyak manfaat, ada tantangan yang harus dikelola dengan baik untuk memastikan penggunaan yang efektif dan bertanggung jawab.

 

Jurnal 2

"Ancaman dan Peluang Artificial Intelligence (AI)" Karya Siti Masrichah.

Jurnal ini membahas membahas dampak penggunaan AI dalam berbagai aspek kehidupan, seperti privasi, pasar tenaga kerja, perawatan kesehatan, dan energi terbarukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan AI dapat mengancam privasi individu melalui pengumpulan dan analisis data pribadi tanpa persetujuan, serta menggantikan pekerjaan manusia yang memerlukan adaptasi keterampilan baru. Namun, AI juga menawarkan potensi besar dalam meningkatkan diagnosis medis dan efisiensi sistem energi terbarukan. Penelitian ini menekankan perlunya tanggung jawab dan nilai-nilai etika yang kuat dalam penggunaan AI untuk memaksimalkan manfaat dan mengurangi risikonya

Kesimpulannya meskipun AI membawa berbagai ancaman, terutama terhadap privasi dan pasar tenaga kerja, manfaat yang dihadirkan tidak bisa diabaikan. AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, terutama dalam bidang kesehatan dan energi terbarukan. Penulis menekankan pentingnya penerapan etika dan tanggung jawab dalam pengembangan dan penggunaan AI untuk memastikan bahwa manfaatnya dapat dioptimalkan dan risikonya diminimalkan.

Pendapat saya mengenai isi jurnal ini adalah bahwa penulis telah memberikan analisis yang komprehensif tentang dampak AI, baik positif maupun negatif. Jurnal ini penting karena mengajak pembaca untuk tidak hanya fokus pada manfaat teknologi tetapi juga mempertimbangkan implikasi etis dan sosial yang ditimbulkan. Penggunaan AI memang harus disertai dengan regulasi dan kebijakan yang tepat agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat tanpa mengorbankan aspek kemanusiaan dan keadilan.


Jurnal 3

“INTERAKSI MANUSIA DAN AI SEBAGAI PENDEKATAN DESAIN RUANG KREATIF” Karya Melita Kristianto , Doddy Yuono2

Jurnal ini membahas Interaksi manusia dan kecerdasan buatan (AI) dalam industri kreatif yang mana telah berkembang pesat. AI menjadi alat digital yang mendukung kreativitas manusia dan menciptakan keterlibatan kreatif untuk memenuhi kebutuhan kreativitas orisinil. Integrasi AI ke dalam proses kreatif mempengaruhi cara kreator membuat konten kreatif yang lebih inovatif dan kompleks, bahkan mendorong batas kreativitas mereka sendiri. Namun, upaya pengenalan integrasi AI dan manusia saat ini masih berfokus di museum atau eksibisi sebagai lokasi edukasi AI. Ekspresi kreatif antara manusia dan AI membutuhkan ruang gerak kreatif yang dapat memfasilitasi individu untuk mengevaluasi teknologi AI secara kritis serta berkomunikasi dan berkolaborasi efektif dengan AI.

Kemajuan dalam AI telah mengubah cara kita memahami dan menggunakan teknologi. AI memiliki kemampuan untuk belajar, beradaptasi, dan menampilkan interaksi menyerupai manusia, sehingga seringkali memberikan kesan antropomorfik dan membentuk ikatan emosional antara pengguna dan AI. Berbagai proses dan teknik berpikir kreatif kini tersedia untuk membimbing individu dan kelompok menghasilkan karya kreatif, seperti yang ditunjukkan dalam pameran AI: More Than Human di Barbican, London. Pameran ini mengeksplorasi subjek yang melibatkan AI dari berbagai perspektif, mengundang pengunjung terlibat secara langsung melalui instalasi seni interaktif.

Dukungan kreativitas digital dan alat AI kokreatif telah mengubah cara kita berkolaborasi dalam proses kreatif. Alat AI kokreatif, seperti generative design tools atau algoritma pembelajaran mesin, dapat berfungsi sebagai mitra kolaboratif dalam menghasilkan ide-ide baru dan mendorong inovasi. Teknologi layar LED juga memainkan peran penting sebagai elemen pendukung kreativitas digital dan alat untuk kolaboratif AI co-creation, menawarkan platform serbaguna dan dinamis untuk menampilkan konten digital yang dapat meningkatkan dan memperkuat ekspresi kreatif.

Kesimpulan yang didapat dari jurnal ini yaitu menunjukkan bagaimana interaksi manusia dan AI telah membawa perubahan signifikan dalam dunia kreatif. AI bukan lagi sekadar alat pendukung, melainkan menjadi mitra kolaboratif yang dapat memperluas dan mendorong kreativitas manusia. Integrasi AI ke dalam proses kreatif telah memungkinkan kreator membuat konten yang lebih inovatif, kompleks, dan bahkan melampaui batas kreativitas mereka sebelumnya. Namun, tantangan yang muncul adalah bagaimana menciptakan ruang kreatif yang dapat memfasilitasi interaksi antara manusia dan AI secara efektif.

Pameran AI: More Than Human di Barbican menjadi contoh menarik bagaimana AI dapat dieksplorasi dan dihadirkan dalam konteks seni dan kreativitas. Instalasi interaktif yang memungkinkan pengunjung untuk berpartisipasi dan mengekspresikan diri secara unik menunjukkan potensi AI sebagai alat untuk mendorong kreativitas dan keterlibatan publik. Ke depannya, dibutuhkan upaya lebih lanjut untuk mengintegrasikan AI ke dalam desain ruang kreatif, tidak sekadar sebagai eksibisi, melainkan sebagai bagian integral dari proses kreatif itu sendiri.

Secara keseluruhan, jurnal ini menyoroti perlunya memahami peran AI dalam mendukung dan memperkaya kreativitas manusia. Kolaborasi manusia-AI yang efektif akan membutuhkan perancangan ruang kreatif yang dapat mengoptimalkan interaksi antara keduanya, baik dari segi teknologi, fungsi, maupun desain. Dengan demikian, studio kreatif masa depan diharapkan dapat menjadi wadah bagi ekspresi kreatif yang semakin diperkaya oleh kehadiran AI sebagai mitra inovatif.

 

Jurnal 4

“Pemanfaatan Artificial Intelligence pada Pembelajaran dan Asesmen di Era Digitalisasi” Karya Arnolus Juantri E. Oktavianus, Lamhot Naibaho , Djoys Anneke Rantung

Jurnal ini membahas tentang pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam pembelajaran dan asesmen di era digitalisasi. AI telah mengubah paradigma pembelajaran dan asesmen secara mendalam melalui penerapannya. AI membantu para pengajar untuk menjalankan perannya secara optimal dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi ini. Namun, AI juga dapat memberikan dampak negatif jika tidak digunakan dengan baik. Salah satu keunggulan AI adalah kemampuannya untuk melakukan apa yang manusia lakukan, termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran dan asesmen.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki implementasi AI dalam konteks pembelajaran dan asesmen, mengevaluasi metode yang digunakan, serta menganalisis dampak positif yang dihasilkan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan AI dalam pembelajaran dan asesmen telah meningkatkan efisiensi, akurasi, dan personalisasi pembelajaran. Melalui algoritma machine learning, sistem pembelajaran AI dapat mengidentifikasi kebutuhan individu siswa dan menyajikan konten pembelajaran yang sesuai, sehingga memungkinkan pengalaman belajar yang lebih relevan dan efektif. Dalam konteks asesmen, AI telah memberikan solusi untuk penilaian otomatis yang cepat dan objektif, mengurangi beban kerja guru, dan memberikan umpan balik yang lebih mendalam kepada siswa.

Namun, terdapat tantangan dalam mengintegrasikan teknologi AI ke dalam kurikulum pendidikan. Pengembangan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan teknologi AI dan memastikan pemahaman yang memadai bagi guru dan siswa merupakan hal yang krusial. Pelatihan yang cukup bagi para pendidik untuk memahami cara menggunakan AI sebagai alat bantu dalam pembelajaran dan asesmen juga diperlukan agar mereka dapat memaksimalkan potensinya.

Jurnal ini menyimpulkan bahwa pendidikan perlu memahami potensi besar yang dimiliki oleh teknologi AI dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan asesmen. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan secara bijaksana, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif, adaptif, dan efisien di era digitalisasi ini.

Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam pembelajaran dan asesmen di era digitalisasi memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan personalisasi proses pembelajaran. Melalui algoritma machine learning, sistem pembelajaran AI dapat menyesuaikan konten dan strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individual siswa, sehingga meningkatkan efektivitas dan relevansi proses belajar. Selain itu, dalam konteks asesmen, AI juga telah memberikan solusi untuk penilaian yang lebih cepat, objektif, dan memberikan umpan balik yang lebih mendalam kepada siswa.

 

Jurnal 5

“Adaptabilitas Seni dan Desain atas Fenomena Seni Kecerdasan Buatan (Ai Art) melalui Kacamata Sejarah” Karya Alfansyah Zulkarnain.

Jurnal ini membahas tentang adaptabilitas seni dan desain dalam menghadapi fenomena seni kecerdasan buatan (AI Art) melalui kacamata sejarah. Latar belakang masalahnya adalah kemunculan karya seni yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan, seperti lukisan "Portrait of Edmond de Bellamy" oleh kolektif Obvious dan lukisan digital "Théâtre D'opéra Spatial" karya Jason Allen, yang telah menarik perhatian masyarakat dan dianggap akan membawa disrupsi besar dalam dunia seni dan desain.

Jurnal ini menggunakan metode penelitian analisis sejarah kualitatif, dengan mempelajari berbagai bentuk disrupsi teknologi atas seni dan desain di masa lalu dan dampaknya terhadap perkembangan seni dan desain. Secara teoretis, jurnal ini menggunakan konsep sejarah analitis untuk menjelaskan asal-usul, sebab, kecenderungan, atau kondisi sejarah dan perubahan yang dibawa berdasarkan konteks pada era tersebut.

Hasil pembahasan jurnal ini menunjukkan bahwa teknologi selalu hadir beriringan dengan perkembangan seni rupa dan desain. Sejak jaman prasejarah, teknologi telah menjadi katalisator bagi lahirnya seni rupa. Perkembangan teknologi cetak di Abad Pencerahan, misalnya, telah membawa demokratisasi seni rupa dengan memungkinkan karya seni dimiliki oleh masyarakat luas. Sementara itu, penemuan kamera pada abad ke-19 sempat dianggap sebagai ancaman bagi dunia seni rupa, namun kemudian fotografi justru berkembang menjadi salah satu cabang seni rupa itu sendiri.

Berdasarkan analisis sejarah tersebut, jurnal ini menyimpulkan bahwa disrupsi teknologi, termasuk kemunculan seni kecerdasan buatan, tidak akan mematikan seni, melainkan justru akan mempertanyakan kembali makna seni dan mengubah cara pandang dalam melihat dan membuat karya seni. Oleh karena itu, para pelaku seni dan desain diharapkan dapat bersikap adaptif dan terbuka dalam menghadapi fenomena seni kecerdasan buatan.

Kesimpulan dari jurnal ini bahwa disrupsi teknologi, termasuk kemunculan seni kecerdasan buatan (AI Art), tidak akan mematikan seni dan desain, melainkan justru akan mempertanyakan kembali makna seni dan merubah cara pandang dalam melihat serta membuat karya seni. Sejarah menunjukkan bahwa teknologi selalu hadir beriringan dengan perkembangan seni rupa dan desain, bahkan menjadi katalisator bagi lahirnya seni rupa sejak jaman prasejarah. Perkembangan teknologi cetak di Abad Pencerahan misalnya, telah membawa demokratisasi seni rupa dan membuat karya seni dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Begitu pula dengan penemuan kamera pada abad ke-19 yang sempat dianggap sebagai ancaman, namun justru kemudian berkembang menjadi cabang seni rupa itu sendiri.

Oleh karena itu, jurnal ini menyarankan agar para pelaku seni dan desain bersikap adaptif dan terbuka dalam menghadapi fenomena seni kecerdasan buatan. Sebagaimana sejarah telah membuktikan, teknologi disruptif pada awalnya mungkin dianggap sebagai ancaman, namun justru dapat membawa perubahan dan perkembangan baru bagi dunia seni dan desain. Dengan demikian, para seniman dan desainer diharapkan dapat menyikapi fenomena AI Art secara bijak, melihatnya sebagai tantangan sekaligus peluang untuk terus meredefinisikan dan mengembangkan praktik kreatif mereka.

 

Jurnal 6

“Pengaruh Kecerdasan Buatan Terhadap Hak Cipta (Analisis Karya Kreatif yang Dihasilkan dari Bing Image Creator)” Karya Nurjamilah , Puput Putri, Sundari, Zulfatul Amalia

Jurnal ini membahas tentang pengaruh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terhadap hak cipta, khususnya terkait karya kreatif yang dihasilkan dari Bing Image Creator. Kemajuan teknologi telah mendorong berkembangnya kreativitas manusia yang semakin beragam. Kehadiran Bing Image Creator sebagai salah satu aplikasi AI di bidang seni menghasilkan gambar-gambar imajinatif melalui proses konversi teks menjadi gambar yang canggih. Namun, timbul pertanyaan apakah hasil karya tersebut dapat diklaim sebagai hak cipta eksklusif seseorang.

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan statute approach pada Undang-Undang Hak Cipta (UUHC). Secara konseptual, hak cipta hanya dapat melindungi produk intelektual manusia. UUHC mendefinisikan ciptaan sebagai hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

Meskipun karya AI seperti gambar yang dihasilkan Bing Image Creator telah terwujud dalam bentuk nyata, permasalahannya adalah apakah AI dapat dianggap sebagai "pencipta" dalam definisi UUHC. Pasal 1 ayat (2) UUHC menyebutkan bahwa pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan. Sementara, karya AI diciptakan melalui algoritma komputer tanpa adanya kontribusi manusia secara langsung.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa status hukum atas karya kreatif yang dihasilkan dari AI seperti Bing Image Creator masih belum jelas dalam kerangka UUHC saat ini. Diperlukan pengaturan lebih lanjut untuk memberikan kepastian hukum terkait klaim hak cipta atas karya-karya tersebut. Perkembangan teknologi AI yang semakin pesat menuntut adanya adaptasi dalam regulasi hak kekayaan intelektual agar dapat mengakomodasi inovasi baru di era digital.

Dapat disimpulkan bahwa kehadiran kecerdasan buatan (AI) seperti Bing Image Creator membawa tantangan tersendiri dalam konteks hak kekayaan intelektual, khususnya hak cipta. Meskipun karya-karya kreatif yang dihasilkan AI telah terwujud dalam bentuk nyata, namun status hukumnya masih belum jelas menurut Undang-Undang Hak Cipta yang saat ini berlaku di Indonesia.

Jurnal ini menunjukkan adanya ketidakjelasan apakah AI dapat dianggap sebagai "pencipta" dalam definisi hak cipta, mengingat karya-karya tersebut diciptakan melalui algoritma komputer tanpa kontribusi manusia secara langsung. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah hasil karya AI dapat diklaim sebagai hak cipta eksklusif seseorang, atau justru merupakan karya yang berada di ranah publik.

Selain itu perkembangan teknologi AI yang semakin pesat menuntut adanya adaptasi dalam regulasi hak kekayaan intelektual di Indonesia. Diperlukan pengaturan lebih lanjut untuk memberikan kepastian hukum terkait status hak cipta atas karya-karya kreatif yang dihasilkan oleh AI. Regulasi yang adaptif dan responsif terhadap inovasi teknologi akan menjadi kunci dalam melindungi hak-hak pencipta di era digital saat ini.

 

Jurnal 7

“Dampak Penggunaan Artificial Intelligence Bagi Pendidikan Tinggi” Karya Sehan Rifky.

AI memiliki dampak yang signifikan terhadap pendidikan tinggi. Pertama, AI memungkinkan personalisasi pembelajaran, di mana sistem dapat merancang pengalaman pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu siswa, sehingga meningkatkan efektivitas pembelajaran. Kedua, penggunaan chatbot dan teknologi interaktif lainnya dapat memperkaya pengalaman belajar siswa, menjadikannya lebih menarik dan efisien.

Selain itu, AI juga berperan dalam evaluasi otomatis, mengurangi beban kerja pendidik dalam menilai tugas dan memberikan masukan yang lebih cepat. Pengelolaan data siswa dan pengelolaan pembelajaran yang efisien juga dibantu oleh AI. Pendidikan jarak jauh (e-learning) juga menjadi lebih terjangkau dan berkualitas dengan menggunakan AI, sehingga membuka akses pendidikan yang lebih luas.

AI juga membantu mendeteksi dan mencegah plagiarisme, meningkatkan integritas akademik. Meskipun potensinya besar, tantangan seperti privasi dan keamanan data siswa perlu dipertimbangkan dalam penerapan AI. Selain itu, peran pendidik juga mengalami perubahan sehingga memerlukan adaptasi terhadap teknologi AI.

Secara keseluruhan, AI memberikan dampak positif pada pendidikan tinggi dengan meningkatkan personalisasi pembelajaran, evaluasi otomatis, dan efisiensi manajemen, namun hal ini harus disertai dengan pertimbangan etika dan keamanan data yang cermat.

Kesimpulan yang didapat dari jurnal ini memaparkan dampak signifikan dari penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) dalam konteks pendidikan tinggi. Secara keseluruhan, AI memberikan dampak positif yang cukup luas, mulai dari personalisasi pembelajaran, peningkatan efisiensi proses evaluasi, hingga perluasan akses pendidikan melalui e-learning.

Namun, di balik potensi positif tersebut, terdapat pula tantangan yang perlu diperhatikan, khususnya terkait privasi dan keamanan data siswa. Selain itu, adaptasi dari para pendidik terhadap teknologi AI juga menjadi faktor penting yang perlu dikelola dengan baik.

Secara pribadi, saya melihat penggunaan AI di pendidikan tinggi sebagai sebuah perkembangan yang positif dan prospektif. Dengan kemampuannya dalam personalisasi pembelajaran, evaluasi otomatis, dan peningkatan efisiensi, AI dapat berkontribusi besar dalam meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan tinggi. Namun, pengembangan dan penerapannya harus tetap memperhatikan aspek keamanan, privasi, dan etika, serta melibatkan peran aktif dari para pendidik agar transisi teknologinya dapat berjalan dengan baik.

 

Jurnal 8

“DAMPAK PENGGUNAAN CHATGPT PADA DUNIA PENDIDIKAN” Karya Afrizal Zein.

Jurnal ini membahas dampak penggunaan ChatGPT pada dunia pendidikan. ChatGPT adalah model bahasa yang dikembangkan oleh OpenAI dan didasarkan pada arsitektur GPT-3.5. ChatGPT memiliki kemampuan pemrosesan bahasa alami yang canggih, memungkinkan interaksi yang lebih kompleks dan informatif. Masa depan ChatGPT melibatkan pengembangan lebih lanjut dalam tiga aspek: meningkatkan pemahaman situasional dan kecerdasan emosional, meningkatkan kemampuan mengelola informasi terkini, dan integrasi teknologi untuk antarmuka pengguna yang lebih dinamis.

Penggunaan ChatGPT di berbagai bidang, termasuk akademik, semakin menyoroti perannya dalam memfasilitasi komunikasi antara manusia dan teknologi. Namun, tantangan etika dan keamanan juga perlu diperhatikan. Dengan terus mengembangkan dan mengatasi masalah etika, ChatGPT dan teknologi serupa berpotensi menjadi mitra yang andal dan efektif dalam berbagai aspek kehidupan.

Artikel ini meneliti dampak ChatGPT di dunia akademik dan perspektif para akademisi. Studi ini mengungkapkan bagaimana ChatGPT digunakan, potensi manfaat dan kekurangannya, serta sikap dan pendapat para akademisi terhadap penggunaannya. Penelitian ini juga mengungkapkan status penerapan teknologi ChatGPT saat ini di dunia akademis dan pemikiran mereka tentang perkembangan di masa depan.

Kesimpulannya yaitu , jurnal ini memberikan gambaran komprehensif tentang dampak teknologi ChatGPT di dunia akademik. Secara keseluruhan, artikel ini menunjukkan bahwa ChatGPT memiliki potensi yang sangat besar untuk membantu dan mengubah berbagai aspek dalam dunia pendidikan dan penelitian. Kemampuan ChatGPT dalam memproses bahasa alami dan menghasilkan konten yang mirip manusia dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam tugas-tugas akademik, mulai dari penerjemahan, peringkasan, hingga penjawaban pertanyaan.

Di sisi lain, penggunaan ChatGPT juga menghadirkan tantangan dan kekhawatiran terkait etika dan keamanan. Para akademisi perlu berhati-hati dalam mengintegrasikan ChatGPT agar tidak terjadi penyalahgunaan, seperti plagiarisme atau manipulasi data. Diperlukan kebijakan dan panduan yang jelas untuk memastikan penggunaan ChatGPT yang bertanggung jawab dan beretika.

Secara keseluruhan, jurnal ini menyimpulkan bahwa ChatGPT memiliki potensi transformatif dalam dunia akademik, tetapi membutuhkan pengelolaan yang cermat dan bijaksana. Pengembangan lebih lanjut dalam aspek pemahaman kontekstual, akurasi informasi, dan antarmuka pengguna yang interaktif akan semakin meningkatkan peran ChatGPT sebagai mitra efektif bagi para akademisi. Namun, tetap penting untuk terus mempertimbangkan implikasi etis dan menjaga integritas akademik dalam memanfaatkan teknologi ini.

 

Jurnal 9

“Manfaat dan Tantangan Penggunaan Artificial Intelligences (AI) Chat GPT Terhadap Proses Pendidikan Etika dan Kompetensi Mahasiswa Di Perguruan Tinggi” Karya Khairul Marlin, Ellen Tantrisna, Budi Mardikawati, Retno Anggraini, Erni Susilawati

Jurnal ini membahas tentang manfaat dan tantangan penggunaan kecerdasan buatan, khususnya teknologi ChatGPT, dalam proses pendidikan etika dan pengembangan kompetensi mahasiswa di perguruan tinggi. Pendekatan yang digunakan adalah studi pustaka dan analisis konten.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dalam pendidikan memiliki beberapa keuntungan, antara lain kemampuan memberikan pengalaman pembelajaran yang personal dan disesuaikan, meningkatkan aksesibilitas materi, serta memberikan umpan balik secara instan. Artikel ini juga mengeksplorasi potensi penggunaan kecerdasan buatan untuk merangsang diskusi etika dan memfasilitasi pengembangan kemampuan kritis mahasiswa dalam membuat keputusan moral.

Di sisi lain, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi, seperti kekhawatiran tentang privasi data mahasiswa, keterbatasan dalam mendeteksi nuansa etika, serta risiko menggantikan interaksi manusiawi dalam pembelajaran etika. Tantangan lainnya meliputi ketidaksetaraan dalam akses teknologi dan potensi bias dalam model kecerdasan buatan.

Artikel ini memberikan wawasan tentang bagaimana perguruan tinggi dapat bijaksana dalam memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan, khususnya ChatGPT, untuk meningkatkan pendidikan etika dan kompetensi mahasiswa. Integrasi teknologi ini dengan pendekatan pedagogis yang berfokus pada etika dan pembelajaran kritis diharapkan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang seimbang dan berkelanjutan di era digital.

Berdasarkan analisis isi jurnal, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi kecerdasan buatan, khususnya ChatGPT, dalam proses pendidikan etika dan pengembangan kompetensi mahasiswa di perguruan tinggi memiliki potensi manfaat sekaligus tantangan yang perlu diperhatikan dengan saksama.

Dari sisi manfaat, ChatGPT dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih personal dan adaptif, meningkatkan aksesibilitas materi pembelajaran, serta menyediakan umpan balik secara instan. Teknologi ini juga berpotensi untuk merangsang diskusi etika dan memfasilitasi pengembangan kemampuan kritis mahasiswa dalam membuat keputusan moral. Hal ini sejalan dengan upaya perguruan tinggi untuk mempersiapkan lulusan yang tidak hanya terampil secara teknis, namun juga memiliki kompetensi etis yang kuat

Di sisi lain, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti kekhawatiran terkait privasi data mahasiswa, keterbatasan dalam mendeteksi nuansa etika, serta risiko mengurangi interaksi manusiawi dalam pembelajaran etika. Selain itu, isu ketidaksetaraan akses teknologi dan potensi bias dalam model kecerdasan buatan juga perlu menjadi perhatian.

Dalam menyikapi perkembangan ini, perguruan tinggi harus bijak dalam mengintegrasikan teknologi ChatGPT dengan pendekatan pedagogis yang berfokus pada etika dan pembelajaran kritis. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta lingkungan pembelajaran yang seimbang dan berkelanjutan, di mana manfaat teknologi dapat dimaksimalkan tanpa mengabaikan aspek-aspek etis yang menjadi pondasi utama dalam pendidikan.

 

Jurnal 10

“ChatGPT: Keuntungan, Risiko, Dan Penggunaan Bijak Dalam Era Kecerdasan Buatan” Karya Misnawati.

Jurnal ini membahas tentang keuntungan, risiko, dan penggunaan bijak dari teknologi Kecerdasan Buatan (AI), dengan fokus pada ChatGPT. Teknologi AI telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia modern, dengan banyak aplikasi di berbagai industri seperti bisnis, kesehatan, dan pemerintahan. Teknologi AI dapat membantu meningkatkan pengambilan keputusan berdasarkan data, mengurangi kesalahan manusia, dan meningkatkan efisiensi. Namun, teknologi ini juga memiliki risiko, seperti keamanan data dan penggantian pekerjaan manusia.

Untuk memastikan penggunaan AI yang bijak, sangat penting untuk mengamati etika pengembangan AI, melindungi data dan privasi pengguna, menghindari diskriminasi, dan memastikan keamanan sistem. Masalah penelitian dirumuskan untuk menjawab pertanyaan tentang manfaat dan risiko penggunaan ChatGPT, penggunaannya yang optimal, dan perannya dalam pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan manfaat, risiko, dan penggunaan bijak ChatGPT di era AI dan untuk memastikan penggunaannya yang bertanggung jawab.

Teknologi AI memiliki banyak keuntungan yang dapat meningkatkan kehidupan manusia, seperti kemampuan untuk mengambil keputusan cepat dan akurat berdasarkan data, mengurangi kesalahan manusia, dan meningkatkan efisiensi di berbagai sektor. Namun, teknologi ini juga memiliki risiko, seperti keamanan data yang sensitif dan potensi penggantian pekerjaan manusia. Penggunaan bijak teknologi AI sangat penting untuk mengurangi risiko dan memaksimalkan manfaatnya, dengan cara mengamati etika, melindungi data dan privasi pengguna, menghindari diskriminasi, dan memastikan keamanan sistem.

Secara keseluruhan, jurnal ini memberikan gambaran yang jelas tentang keuntungan, risiko, dan pentingnya penggunaan bijak teknologi kecerdasan buatan, khususnya ChatGPT. Teknologi AI memang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, dengan banyak manfaat di berbagai bidang. Namun, perlu disadari juga adanya risiko yang menyertainya, seperti keamanan data dan ancaman terhadap lapangan pekerjaan. Untuk itu, penggunaan AI secara bijak dan bertanggung jawab menjadi sangat penting.

Penulis menekankan perlunya observasi etika, perlindungan privasi pengguna, penghindaran diskriminasi, dan jaminan keamanan sistem dalam pengembangan dan penerapan teknologi AI. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa teknologi seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, bukan malah merugikan atau membahayakan. Meskipun ChatGPT dan AI lainnya menawarkan banyak kemudahan, tetap perlu kewaspadaan dan kebijaksanaan dalam menggunakannya agar potensi negatif dapat dihindari.

Secara pribadi, saya berpendapat bahwa jurnal ini memberikan perspektif yang seimbang dan komprehensif tentang isu-isu AI yang semakin penting di era digital saat ini. Pemahaman yang utuh tentang risiko dan pemanfaatan bijak teknologi AI sangat diperlukan, agar masyarakat dapat menikmati manfaatnya tanpa perlu khawatir dengan dampak buruk yang mungkin timbul. Diskusi semacam ini seharusnya terus didorong, sehingga kita dapat mengoptimalkan keuntungan AI sambil meminimalkan risikonya.

 

Jurnal 11

“PERAN AI TERHADAP KINERJA INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA” Karya Hanifa, Ahmad Sholihin, Febriyanti Ayudya.

Jurnal ini mengeksplorasi peran Kecerdasan Buatan (AI) dalam meningkatkan kinerja produktivitas industri kreatif di Indonesia. Industri kreatif memainkan peran kunci dalam pertumbuhan ekonomi dan inovasi, mencakup berbagai sektor seperti seni, desain, film, musik, dan periklanan. Industri kreatif telah mengadopsi teknologi AI untuk mempercepat inovasi, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperluas pasar.

Namun, tantangan seperti persaingan yang semakin ketat dan kompleksitas permintaan pasar mendorong kebutuhan akan solusi yang inovatif. AI menawarkan potensi untuk mengoptimalkan proses produksi, meningkatkan efisiensi, dan mendorong kreativitas melalui otomatisasi, personalisasi, analisis data mendalam, dan prediksi tren. Penelitian ini mengkaji berbagai aplikasi AI dalam industri kreatif dan mengeksplorasi bagaimana penggunaannya dapat meningkatkan kinerja produktivitas secara signifikan.

Dalam konteks Indonesia, penelitian ini juga menganalisis tantangan dan peluang yang dihadapi oleh penggunaan AI di industri kreatif serta implikasinya terhadap pengembangan tenaga kerja dan keterampilan. Temuan penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi para praktisi industri, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memanfaatkan potensi AI guna meningkatkan kinerja produktivitas industri kreatif.

Kesimpulannya, penerapan AI telah membawa dampak positif yang signifikan bagi industri kreatif di Indonesia. AI telah memperkaya proses kreatif, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperluas pasar. Dengan kebijakan yang tepat dan pemahaman mendalam akan potensi AI, Indonesia dapat terus mengembangkan industri kreatifnya agar lebih inovatif dan berdaya saing global.

 

Jurnal 12

“ANALISA PENGARUH IMPLEMENTASI ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM KEHIDUPAN MANUSIA” Karya Roida Pakpahan.

Jurnal ini membahas tentang analisis pengaruh implementasi artificial intelligence (AI) dalam kehidupan manusia. AI menjadi salah satu teknologi yang paling fenomenal saat ini, terutama di tengah pandemi COVID-19 yang belum berakhir. Implementasi AI dalam berbagai segmen kehidupan menjadi solusi untuk menjawab kebutuhan masyarakat saat ini. Kehadiran AI dengan berbagai inovasi yang semakin canggih dan kreatif memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam setiap lini kehidupan, baik di bidang sosial, bisnis, ekonomi, kesehatan, dan lainnya.

Implementasi AI dalam berbagai sektor kehidupan memberikan dampak positif, di mana AI mampu menjawab berbagai masalah kondisi terkini. Namun, di sisi lain, AI juga merupakan ancaman bagi sumber daya manusia karena banyak pekerjaan manusia perlahan-lahan mulai digantikan oleh AI. Ke depannya, perkembangan AI akan semakin super canggih, sehingga masyarakat harus terus mengupgrade diri mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang teknologi, serta mengkreasikan diri sekreatif mungkin agar sulit digantikan oleh AI.

Pada dasarnya, AI memang dapat menggantikan beberapa pekerjaan manusia, tetapi AI tidak akan pernah dapat menggantikan sisi emosional manusia. Oleh karena itu, masyarakat, khususnya di Indonesia, perlu untuk terus memelihara dan mengembangkan kecerdasan emosionalnya agar keberadaannya tetap dibutuhkan di masa depan. Masyarakat diharapkan dapat hidup layaknya manusia yang memiliki cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi artificial intelligence (AI) dalam berbagai bidang kehidupan memberikan dampak yang sangat signifikan, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, AI mampu menjawab berbagai permasalahan dan kebutuhan masyarakat, khususnya di tengah pandemi COVID-19 yang belum berakhir. Kehadiran AI dengan inovasi-inovasi canggih dan kreatif telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, dari sosial, bisnis, ekonomi, hingga kesehatan. Namun, di sisi lain, AI juga menjadi ancaman bagi sumber daya manusia karena banyak pekerjaan manusia yang mulai digantikan oleh teknologi AI.

 

Jurnal 13

“VISUALISASI TEKS KE GAMBAR DENGAN KEKUATAN AI ART GENERATOR: POTENSI ATAU MASALAH?” Karya Desti Nur Aini.

Artikel ini membahas tentang potensi dan tantangan dalam visualisasi teks bahasa Jerman menjadi gambar menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Penulis mengungkapkan tiga dimensi penting yang terlibat dalam proses ini, yaitu dimensi estetika (penggunaan warna, komposisi, dan harmoni visual), dimensi interpretasi (komprehensi antara seni, tema, dan simbol), serta dimensi kreativitas (kombinasi gambar dan narasi/tekstual). Data yang digunakan berasal dari interpretasi mahasiswa terhadap puisi "Nachtzauber" karya Joseph von Eichendorff.

Secara estetika, transformasi puisi menjadi bentuk visual ditandai dengan penggunaan warna temaram dan misterius, serta komposisi yang seimbang sehingga menciptakan harmonisasi visual. Secara interpretatif, mahasiswa menunjukkan kemampuan memahami bacaan, dan mengasah daya kritis terhadap isu-isu yang berkaitan dengan sastra, budaya, dan identitas dalam karya sastra. Secara kreatif, kombinasi gambar dengan interpretasi puisi yang tercipta menarik dan memicu imajinasi. Hal ini bergantung pada kreativitas mahasiswa dalam menciptakan narasi, serta kreativitas AI sendiri dalam menerjemahkan puisi ke dalam bentuk gambar.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mentransformasi teks puisi bahasa Jerman menjadi bentuk visual memiliki potensi yang menarik, namun juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan.

Secara umum, proses visualisasi ini dapat menghasilkan karya yang estetis, interpretatif, dan kreatif. Dari segi estetika, AI mampu mengolah elemen-elemen visual seperti warna, komposisi, dan harmoni sehingga menghasilkan gambar yang indah dan selaras dengan makna puisi. Dari sisi interpretasi, proses ini mendorong mahasiswa untuk menggali lebih dalam pemahaman terhadap karya sastra, serta mengasah kemampuan kritis mereka. Sementara dari dimensi kreativitas, kombinasi antara gambar dan interpretasi tekstual dapat memicu imajinasi yang unik dan orisinil.

Secara keseluruhan, jurnal ini menyajikan pandangan yang menarik mengenai pemanfaatan AI dalam bidang sastra, khususnya dalam konteks pembelajaran bahasa Jerman. Namun, tetap diperlukan kehati-hatian dan pemahaman yang mendalam agar penggunaan AI dapat memberikan manfaat optimal tanpa menghilangkan esensi dan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra.

 

Jurnal 14

“IoT, Seni Digital dan Masa Depan Seni ‘Tradisional” Karya Triyono Bramantyo.

Jurnal ini membahas tentang dampak perkembangan teknologi Internet of Things (IoT) dan digitalisasi terhadap dunia seni. Penulis menjelaskan bahwa revolusi IoT didorong oleh penemuan berbagai teknologi seperti sensor, fiber optik, dan miniaturisasi. Perkembangan teknologi ini telah mengubah bagaimana kita berinteraksi dan mengalami emosi terhadap benda-benda di sekitar kita, termasuk karya seni.

Penulis menjelaskan bahwa teknologi virtual reality (VR) kini memungkinkan seniman menempatkan penonton di tengah-tengah pengalaman artistik mereka, memperkaya hubungan antara seniman dan penikmat seni. Hal ini menandai kemunculan seni digital yang ditandai dengan tiga hal: kehadiran seni berbasis VR, prinsip seni digital yang terbuka untuk semua orang, dan masa depan kreativitas seni yang berbasis teknologi.

Penulis menyoroti peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam seni digital. Ia memberikan contoh program komputer bernama EMI (Experiments in Musical Intelligence) yang mampu menghasilkan musik yang brilliant. Namun, penulis juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang posisi seni tradisional di tengah perkembangan teknologi ini. Ia mengutip pandangan etnografer Alan Lomax yang menyerukan agar seni tradisional juga diapresiasi setara dengan musik klasik sebagai high art.

Penulis menjelaskan lebih lanjut bagaimana teknologi digital telah mengubah proses kreatif dalam berbagai bidang seni, seperti komposisi musik, koreografi tari, dan fotografi. Ia juga membahas wacana postmodernisme dalam seni, khususnya fenomena kontroversial seniman Andy Warhol. Pada akhir tulisan, penulis menyinggung konsep cyborg dan potensi perpaduan antara manusia dan mesin di masa depan, yang dapat membawa dampak transformatif bagi budaya dan kehidupan manusia.

Dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi IoT dan digitalisasi telah memberikan dampak yang signifikan terhadap dunia seni. Seni digital yang berbasis virtual reality, prinsip keterbukaan, dan kreativitas berbasis teknologi telah memperkaya pengalaman estetik bagi penikmat seni. Namun, di tengah percepatan adopsi teknologi ini, penulis mengungkapkan kekhawatirannya akan masa depan seni tradisional. Teknologi digital memang telah mengubah proses kreatif dalam berbagai cabang seni, namun hal ini juga membuka peluang bagi pengembangan bentuk-bentuk seni baru yang lebih interaktif dan inovatif.

Secara keseluruhan, jurnal ini menggambarkan bagaimana teknologi telah mentransformasi dunia seni, membuka peluang bagi kreativitas yang lebih beragam, namun juga memunculkan pertanyaan tentang posisi dan masa depan seni tradisional. Penulis menyeru agar keseimbangan antara seni digital dan seni tradisional dapat dijaga, sehingga keragaman ekspresi budaya tetap terpelihara di tengah kemajuan teknologi.

 

Jurnal 15

“Potensi Artificial Intelligence dalam Dunia Kreativitas Desain” Karya Dwina Satrinia, Reza Ramadani Firman, Trimalda Nur Fitriati.

Jurnal ini membahas tentang potensi kecerdasan buatan (AI) dalam dunia kreativitas desain. Pergeseran budaya menuju penggunaan digital telah mendorong perusahaan dan merek produk untuk semakin mahir memanfaatkan media sosial untuk promosi dan branding. Pembuatan konten media sosial yang kreatif, interaktif, menarik, dan cepat telah meningkatkan permintaan akan keterampilan desain. Untuk mendukung proses desain, para desainer mengandalkan berbagai alat, termasuk aplikasi terintegrasi AI seperti Canva, Figma, Picsart, Adobe Photoshop, dan Adobe Lightroom. Alat-alat ini meningkatkan produktivitas desainer grafis dan memungkinkan mereka mengedit gambar, membuat karya seni, dan menghasilkan konten kreatif untuk media sosial.

Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan teknologi AI di bidang desain dan seni. Beberapa aplikasi AI yang dibahas meliputi segmentasi gambar, peningkatan gambar, penerjemahan gambar-ke-gambar, manipulasi atribut wajah, penciptaan ekspresi artistik baru, deteksi lukisan palsu, seni 3D, dan influencer AI. AI telah berdampak positif pada dunia desain kreatif dengan memungkinkan seniman untuk mengeksplorasi ekspresi artistik baru, menghasilkan karya yang lebih personal dan interaktif, serta mempercepat alur kerja desain. Alat AI juga telah memfasilitasi desain yang inklusif, membuat konten kreatif dapat diakses oleh audiens yang beragam.

Namun, ada kekhawatiran bahwa AI dapat menggantikan seniman manusia dan menciptakan seni yang kurang memiliki jiwa atau keaslian. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang studi yang ada tentang AI dalam desain untuk membantu desainer memahami potensi AI di ranah kreatif. Penelitian ini juga membahas implikasi positif dan negatif dari integrasi AI ke dalam dunia desain, menekankan perlunya pertimbangan etis dan pelestarian kontribusi artistik manusia.

Kesimpulan yang didapat bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memberikan dampak yang signifikan pada dunia desain dan kreativitas. Penggunaan AI dalam berbagai aplikasi seperti segmentasi gambar, peningkatan kualitas gambar, manipulasi visual, dan penciptaan konten kreatif telah meningkatkan produktivitas dan kreativitas para desainer. Alat-alat AI telah memfasilitasi desain yang lebih inklusif dan menjangkau audiens yang beragam.

Namun, terdapat juga kekhawatiran bahwa AI dapat menggantikan peran seniman manusia dan menciptakan karya seni yang kurang memiliki jiwa atau keaslian. Oleh karena itu, perlu adanya pertimbangan etis yang matang dalam penggunaan AI di dunia desain. Desainer harus memahami potensi AI sekaligus menjaga kontribusi artistik manusia agar tetap terjaga.

Secara keseluruhan, jurnal ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang pemanfaatan AI dalam dunia desain dan kreativitas. AI terbukti mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan eksplorasi kreativitas, namun penggunaannya harus diimbangi dengan pemahaman yang mendalam serta etika yang menjunjung tinggi integritas dan keaslian karya seni. Kolaborasi yang seimbang antara AI dan kemampuan desain manusia dapat menghasilkan karya-karya inovatif dan bermakna di masa depan.

 

Jurnal 16

“Problematika Penggunaan AI (Artificial Intellegence) di Bidang Ilustrasi : AI VS Artist” Karya Alya Nur Fadilla, Putri Munadiyah Ramadhani, Handriyotopo.

Jurnal ini membahas tentang problematika penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) di bidang ilustrasi. AI kini banyak dibicarakan masyarakat karena telah masuk ke dunia desain, khususnya ilustrasi. Kehadiran AI disebut-sebut akan menggantikan posisi para seniman, seperti yang terjadi di Colorado State Fair di mana karyanya dimenangkan oleh pekerja kreatif yang memanfaatkan AI bernama Midjourney. Hal ini memicu diskusi besar dalam dunia seni visual, dengan adanya pro dan kontra.

Secara teknis, AI adalah teknologi robot yang tidak memiliki hak cipta. AI mengambil gambar dari internet, mengumpulkan jutaan informasi, lalu mengolahnya menjadi database yang kemudian menghasilkan karya sesuai deskripsi yang diberikan dengan cepat. Hal ini sangat berbeda dengan proses kerja ilustrator yang membutuhkan waktu lama untuk mencari ide, mengamati, dan membuat konsep karya. Akibatnya, AI membuat seni terlihat mudah dibuat, sehingga banyak karya serupa tapi tak sama.

Perbandingan antara AI dan manusia sebagai ilustrator menunjukkan bahwa AI memiliki kelebihan dalam kecepatan dan efisiensi kerja. Namun, AI dinilai masih terbatas dalam memahami pengalaman manusia dan menghasilkan karya yang unik serta memiliki nilai orisinalitas. Di sisi lain, teknologi AI berpotensi menggantikan pekerjaan ilustrator karena kecepatan dan kemudahan yang ditawarkan, meski hanya bersifat sementara. Ilustrator masih diunggulkan dalam hal konsistensi karya, pemahaman emosional, dan kreativitas.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tren AI agar dapat memberikan rekomendasi kebijakan dari perusahaan AI terkait standar publikasi, solusi, prosedur, dan pengetahuan untuk mengindustrialisasikan karya AI agar tidak ada masalah plagiarisme di dunia ilustrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AI di masa depan akan sangat membantu sebagai alat desain, namun bukan sebagai pengganti ilustrator.

Berdasarkan ulasan isi jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) di bidang ilustrasi memang menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, AI dianggap dapat mempermudah dan mempercepat proses pembuatan karya ilustrasi, namun di sisi lain, AI juga berpotensi menggantikan peran ilustrator manusia dan menimbulkan masalah plagiarisme.

Jurnal ini menyarankan agar perusahaan-perusahaan AI dapat memberikan rekomendasi kebijakan terkait standar publikasi, solusi, dan prosedur untuk mengindustrialisasikan karya-karya AI. Hal ini penting dilakukan agar di masa mendatang tidak terjadi lagi permasalahan dalam dunia ilustrasi, terutama terkait plagiasi.

Menurut saya perkembangan teknologi AI memang tidak dapat dihindari dan akan terus berkembang. Namun, AI sebaiknya diposisikan sebagai alat bantu atau tools bagi para ilustrator, bukan sebagai pengganti mereka. Ilustrator manusia tetap memiliki keunggulan dalam hal kreativitas, konsistensi karya, dan pemahaman emosional yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh AI. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang baik antara teknologi AI dan kreativitas manusia agar dapat menghasilkan karya-karya ilustrasi yang berkualitas dan orisinal.

 

Jurnal 17

“STUDI KOMPARASI DAN ANALISIS SWOT PADA IMPLEMENTASI KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE) DI INDONESIA” Karya Kirana Rukmayuninda Ririh, Nur Laili, Adityo Wicaksono, Silmi Tsurayya.

Jurnal ini membahas studi komparasi dan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) pada implementasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di Indonesia. AI telah berkembang pesat dalam dekade terakhir dan banyak diimplementasikan di berbagai sektor seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN), universitas, dan pemerintahan. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk mengukur implementasi AI di Indonesia, dengan sampel pada inkubator bisnis pemerintah dan BUMN serta analisis konten pada beberapa implementasi AI yang ada.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan efektivitas dan efisiensi perusahaan menjadi faktor utama yang mendorong tingginya implementasi AI di Indonesia. Namun, implementasi dan pengembangan teknologi AI akan kurang maksimal jika tidak diperhatikan dengan detail atau dikombinasikan dengan teknologi lain. Penelitian ini mengidentifikasi dua inkubator di Indonesia yang mampu menerapkan dan menyediakan fasilitasi teknologi AI untuk startup binaannya, yaitu Inkubator Bisnis dan Teknologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (IBT - LIPI) dan Amoeba - Telkom.

Kendala utama dalam pemanfaatan AI di Indonesia adalah biaya instalasi perangkat AI yang cukup tinggi sehingga tidak semua industri mampu berinvestasi. Hal ini menciptakan peluang bisnis bagi vendor penyedia AI. Studi ini mengaplikasikan analisis SWOT yang dikombinasikan dengan marketing mix 7P untuk memetakan pasar AI di Indonesia secara terintegrasi. Hasil penelitian memberikan kontribusi teoritis dan implikasi praktis, seperti rekomendasi kebijakan bagi pemerintah dan pengelola inkubator dalam pengembangan ekosistem AI di Indonesia.

Kesimpulan yang didapat bahwa implementasi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara lain, meskipun penggunaannya telah meluas di berbagai sektor industri, pemerintahan, dan pendidikan. Peningkatan efektivitas dan efisiensi menjadi faktor utama yang mendorong adopsi AI, namun pengembangannya seringkali kurang memperhatikan integrasi dengan teknologi lain.

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua inkubator di Indonesia yang telah mampu menyediakan fasilitasi teknologi AI bagi startup binaannya, yaitu IBT-LIPI dan Amoeba-Telkom. Hal ini menunjukkan adanya potensi yang cukup besar bagi ekosistem AI di Indonesia, meskipun masih terkendala pada biaya instalasi yang tinggi. Oleh karena itu, peran pemerintah dan perusahaan besar sangat diperlukan untuk mendukung tumbuhnya startup-startup AI di Indonesia melalui penyediaan infrastruktur dan suprastruktur yang memadai.

Secara keseluruhan, jurnal ini memberikan gambaran komprehensif mengenai implementasi AI di Indonesia serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat adopsi dan pengembangan teknologi tersebut di masa mendatang. Analisis SWOT yang dipadukan dengan pendekatan marketing mix menjadi pendekatan yang menarik untuk memetakan pasar AI secara terintegrasi, sehingga dapat membantu para pemangku kepentingan dalam merumuskan strategi yang lebih tepat

 

Jurnal 18

“Artificial Intelligence dan Kreatifitas Digital: Subyek Hukum dan Sarananya Dalam Perspektif Kekayaan Intelektual” Karya Putu Aras Samsithawrati.

Jurnal ini membahas perlindungan hukum terhadap karya kreatif yang dihasilkan oleh Kecerdasan Buatan (AI) dalam perspektif Kekayaan Intelektual (KI) serta menemukan konstruksi hukum KI di masa depan terkait karya yang dihasilkan oleh AI. Artikel ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan, konseptual, dan analisis.

Hasil penelitian menunjukkan ada dua pola terkait karya kreatif yang melibatkan AI. Pada pola pertama, AI hanya digunakan sebagai alat pendukung dan manusia mengambil peran penuh dalam proses produksi karya. Karya tersebut dapat dilindungi KI selama memenuhi syarat objek dan subjek hukum berdasarkan peraturan KI. Namun, pada pola kedua, jika karya kreatif KI sepenuhnya dihasilkan oleh AI (bukan hanya sebagai alat pendukung), maka karya tersebut tidak dapat dilindungi KI. Meskipun memenuhi syarat objek, tapi tidak memenuhi syarat subjek hukum karena umumnya peraturan KI di Indonesia mensyaratkan manusia sebagai subjek hukum, bukan AI.

Ke depannya, perundang-undangan KI perlu memuat ketentuan pokok seperti: (1) karya yang dilindungi KI adalah karya yang dihasilkan manusia, dengan manusia sebagai subjek hukum, bukan AI; dan (2) penggunaan AI sebagai teknologi harus membawa manfaat bagi kehidupan manusia, bukan merugikan atau menggeser keberadaan manusia.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan AI dalam konteks kekayaan intelektual (KI) menimbulkan tantangan tersendiri. Ketika AI hanya digunakan sebagai alat pendukung dan manusia yang mengambil peran utama, karya tersebut masih dapat dilindungi KI. Namun, ketika AI sepenuhnya menjadi "otak" dan "penghasil" karya kreatif tanpa campur tangan manusia, maka karya tersebut tidak dapat dilindungi KI.

Hal ini disebabkan regulasi KI di Indonesia pada umumnya mengharuskan manusia sebagai subjek hukum, bukan AI. Sementara dari sisi objek, karya yang dihasilkan AI memenuhi syarat perlindungan KI. Ke depannya, diperlukan penyempurnaan regulasi KI untuk mengakomodasi perkembangan teknologi AI. Aturan yang jelas diperlukan agar AI dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan produktivitas dan kreativitas manusia, tanpa menggeser atau merugikan keberadaan manusia itu sendiri.

Jurnal ini memberikan sudut pandang yang menarik terkait tantangan hukum KI dalam menghadapi kemajuan teknologi AI. Pengaturan yang adaptif dan seimbang diperlukan agar KI tetap dapat memberikan insentif bagi para kreator dan inovator, sekaligus mengantisipasi potensi penyalahgunaan AI yang dapat merugikan hak-hak kekayaan intelektual.

 

Jurnal 19

“ANALISIS PERBANDINGAN WEDDING PHOTOGRAPHY MENGGUNAKAN FITUR ARTIFICIAL INTELLIGENCE DAN MANUAL DENGAN PENDEKATAN KRITIK SENI” Karya Bunga Swendri, Didit Endriawan dan Adrian Permana Zen.

Jurnal ini membahas perbandingan penggunaan fitur Artificial Intelligence (AI) dan fotografi manual dalam bidang wedding photography. Penulis menggunakan pendekatan kritik seni untuk menganalisis dan membandingkan hasil foto yang diperoleh dari kedua metode tersebut. Secara teoritis, penulis menjabarkan konsep fotografi, estetika, AI, dan aturan komposisi (rule of thirds) yang digunakan dalam pengambilan gambar.

Hasil perbandingan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada dominasi warna antara foto yang diambil menggunakan kamera digital dengan fitur AI dan kamera analog (konvensional). Foto AI cenderung lebih berwarna-warni, sementara foto analog menghasilkan kesan vintage dan estetik dengan nuansa hitam-putih. Meskipun demikian, keunikan dan karakteristik foto analog masih diminati di kalangan fotografer dan penikmat fotografi hingga saat ini.

Selain itu, fitur AI pada kamera digital dinilai sangat membantu fotografer dalam bekerja karena dapat menghasilkan foto yang memuaskan dengan cepat tanpa harus melakukan banyak pengaturan manual. Di sisi lain, bagi fotografer yang benar-benar menikmati proses fotografi, pengaturan manual tetap diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan. Pada akhirnya, kemajuan teknologi fotografi tidak akan menggeser keberadaan kamera analog, karena kedua jenis kamera tersebut memiliki kelebihan dan pangsa pasarnya masing-masing.

Secara keseluruhan, jurnal ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil foto yang dihasilkan menggunakan fitur AI dan secara manual dengan kamera analog. Penggunaan fitur AI pada kamera digital memudahkan fotografer dalam bekerja dan menghasilkan foto dengan kualitas warna yang lebih baik secara cepat. Namun, kamera analog tetap memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri yang tidak dapat dihasilkan oleh kamera digital, seperti nuansa vintage dan estetik dengan dominasi hitam-putih.

Menariknya, meskipun teknologi fotografi semakin canggih, kamera analog tetap diminati oleh banyak fotografer dan penikmat fotografi. Hal ini menunjukkan bahwa kecanggihan teknologi tidak serta-merta menggantikan atau menghilangkan metode konvensional yang dianggap lebih memberikan kepuasan bagi sebagian orang dalam berkarya fotografi. Kedua jenis kamera tersebut memiliki kelebihan dan pangsa pasarnya masing-masing, sehingga kemajuan teknologi tidak akan menghapus eksistensi kamera analog.

Menurut saya, jurnal ini memberikan perspektif yang seimbang dalam memandang perkembangan teknologi fotografi. Meskipun fitur AI dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas foto, namun metode manual tetap dibutuhkan bagi fotografer yang ingin mendapatkan hasil sesuai dengan kreativitas dan preferensi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi bukan satu-satunya faktor yang menentukan kualitas fotografi, melainkan juga kemampuan, pengalaman, dan selera fotografer itu sendiri.

 

Jurnal 20

“Epistemologi Kecerdasan Buatan (AI) dan Pentingnya Ilmu Etika dalam Pendidikan Interdisipliner” Karya Michael Reskiantio Pabubung.

Jurnal ini membahas tentang epistemologi kecerdasan buatan (AI) dan pentingnya ilmu etika dalam pendidikan interdisipliner. Penulis memaparkan bahwa saat ini kita sedang berada di tengah-tengah Revolusi Industri Keempat, dengan kemajuan teknologi khususnya AI yang telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. AI merupakan "payung istilah" untuk menyebut simulasi proses kecerdasan dan pemikiran manusia oleh mesin-mesin yang terhubung dengan lautan data dan informasi. Perkembangan AI yang pesat ini membawa dampak positif maupun negatif, sehingga perlu diimbangi agar tetap terarah pada koridor yang diinginkan.

Untuk menjawab persoalan ini, penulis berpandangan bahwa filsafat, khususnya analisis epistemologis, menjadi dasar penting. Analisis epistemologis menunjukkan bahwa meskipun AI dapat menyamai beberapa kemampuan manusia, seperti pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, namun AI belum dapat mencapai tahap sintesis dan evaluasi yang merupakan produk ideal pendidikan di era AI. Hal ini memberikan tantangan bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi era AI.

Berdasarkan isi jurnal, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang pesat saat ini telah membawa dampak multidimensi, baik positif maupun negatif, dalam kehidupan manusia. Untuk mengimbangi kemajuan AI agar tetap terarah pada koridor yang diinginkan, dibutuhkan analisis epistemologis sebagai landasan filosofis.

Analisis tersebut menunjukkan bahwa meskipun AI dapat menyamai beberapa kemampuan manusia, namun masih terdapat gap pada tahap sintesis dan evaluasi yang merupakan produk ideal pendidikan di era AI. Hal ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi era AI yang semakin mendominasi.

Jurnal ini menawarkan solusi melalui pendidikan interdisipliner dengan penekanan pada ilmu etika. Pemahaman etika menjadi penting karena AI, meskipun canggih, tidak memiliki pertanggungjawaban moral yang menjadi ciri khas manusia. Dengan demikian, pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan sintesis dan evaluasi, serta menanamkan pemahaman etika bagi peserta didik agar dapat mengevaluasi kinerja AI dan memastikan perkembangannya sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Secara keseluruhan, jurnal ini menyajikan pandangan yang menarik tentang pentingnya pendidikan interdisipliner, khususnya integrasi ilmu etika, sebagai upaya untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi era AI yang semakin mendominasi berbagai aspek kehidupan. Pemahaman etika menjadi kunci untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

 

Jurnal 20

“LEGALITAS DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYA SENI VISUAL YANG DIHASILKAN MELALUI ARTIFICIAL INTELLIGENCE” Karya Muhammad Khoirul Wahid Azmi.

Jurnal ini membahas tentang legalitas dan perlindungan hukum terhadap karya seni visual yang dihasilkan melalui artificial intelligence (AI). Kemunculan AI telah mengubah paradigma dan memungkinkan mesin untuk melaksanakan tugas-tugas yang sebelumnya memerlukan keahlian manusia, termasuk di bidang seni. Hal ini menimbulkan kompleksitas dalam ranah hukum dan etika terkait hak cipta karya AI.

Jurnal ini mengangkat tiga rumusan masalah utama, yaitu: 1) Bagaimana legalitas karya ciptaan yang dihasilkan oleh AI menurut Undang-Undang Hak Cipta Indonesia, ketentuan hak cipta internasional, serta pengaturan di beberapa negara lain; 2) Apakah karya yang dihasilkan oleh sistem AI dapat didaftarkan untuk mendapatkan status perlindungan kekayaan intelektual; dan 3) Bagaimana pertanggungjawaban terhadap pelanggaran karya cipta yang dihasilkan melalui AI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis legalitas dan tanggung jawab karya seni visual yang dihasilkan oleh AI dan menganalisis apakah karya seni visual yang dihasilkan oleh sistem AI memenuhi persyaratan untuk didaftarkan dan memperoleh perlindungan hak cipta; Serta menganalisis pertanggungjawaban terhadap pelanggaran karya cipta yang dihasilkan melalui AI.

Jurnal ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, dengan mengkaji bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder. Dokumen hukum yang digunakan mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan non-hukum. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan analisis komprehensif terkait legalitas, perlindungan, dan pertanggungjawaban atas karya seni visual yang dihasilkan melalui AI, serta dapat berkontribusi dalam pengembangan kebijakan hukum yang relevan untuk mengatasi tantangan hukum yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi AI.

Dapat disimpulkan bahwa kemunculan artificial intelligence (AI) telah membawa perubahan signifikan dalam bidang seni, termasuk terkait legalitas dan perlindungan hukum atas karya seni visual yang dihasilkannya. Jurnal ini menunjukkan bahwa terdapat kompleksitas dalam ranah hukum dan etika terkait hak cipta atas karya seni visual yang dihasilkan oleh AI.

Meskipun undang-undang hak cipta Indonesia saat ini belum secara eksplisit mengatur mengenai karya seni visual yang dihasilkan oleh AI, jurnal ini berupaya untuk menganalisis permasalahan terkait legalitas, pendaftaran, dan pertanggungjawaban atas karya-karya tersebut. Hal ini penting dilakukan mengingat semakin berkembangnya penggunaan AI dalam proses kreatif, sehingga dibutuhkan kejelasan hukum untuk memberikan kepastian dan perlindungan yang memadai.

 

Penutup

Melalui analisis terhadap 20  kajian literatur ini, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan buatan telah menunjukkan kemampuannya yang revolusioner dalam berbagai bidang ilmu. Dari peningkatan efisiensi operasional hingga penciptaan karya seni yang inovatif, AI telah membuktikan dirinya sebagai pendorong utama inovasi masa depan. Namun, kajian ini juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang etis dan bertanggung jawab dalam pengembangan dan penerapan AI, untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi ini berjalan seiring dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keberlanjutan global.

Secara keseluruhan, kajian literatur ini menegaskan bahwa kecerdasan buatan tidak hanya merupakan fenomena teknologi, tetapi juga entitas yang memiliki dampak signifikan terhadap struktur sosial dan budaya kita. Dengan mempertimbangkan berbagai perspektif dan studi kasus, kita dapat menyimpulkan bahwa AI berpotensi besar dalam membentuk masa depan yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, penting bagi kita untuk terus kritis dan waspada terhadap implikasi etis yang mungkin timbul seiring dengan integrasi AI yang semakin mendalam dalam kehidupan kita sehari-hari.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Semiotika Pada Anime Mushoku Tensei

Analisis Semiotik Pada Poster Film The Spiderman Across The Verse